griyawisata.com, Masyarakat Dayak terutama dalam Suku Dayak Kanayatn di Kalimantan Barat, mengenal seni pahat patung yang berfungsi sebagai ajimat, kelengkapan upacara atau sebagai alat upacara. Patung sebagai ajimat terbuat dari berbagai jenis kayu yang dianggap berkhasiat untuk menolak penyakit atau mengembalikan semangat orang yang sakit. Patung-patung kecil untuk kelengkapan upacara biasanya digunakan saat pelaksanaan upacara adat seperti pelas tahun, kuangkai, dan pesta adat lainnya. Patung kecil ini terbuat dari berbagai bahan, seperti kayu, bambu hingga tepung ketan.
Patung sebagai alat upacara contohnya adalah patung blontang yang terbuat dari kayu ulin. Tinggi patung antara 2 – 4 meter dan dasarnya ditancapkan kedalam tanah sedalam 1 meter.
Ada juga patung pahat yang dibuat dengan maksud tertentu, salah satunya adalah pantak. Masyarakat Dayak zaman dulu, memiliki suatu tradisi untuk mengenang tokoh penting dalam kelompoknya yang sudah meninggal, yaitu dengan membuat pantak. Pantak adalah patung kayu suku Dayak di Kalimantan Barat yang wajahnya secara simbolik serupa atau mirip dengan tokoh yang sudah meninggal dan akan dikenang tersebut. Pantak terbuat dari kayu pilihan. Kayu yang akan dibuat pantak tidak sembarangan. Dalam proses pembuatannya, dimulai dari proses merencanakan, memilih kayu, membuat, hingga selesai harus menggunakan upacara adat. Cara pembuatannya tentu dengan cara dipahat.
Patung-patung kayu suku Dayak memang memiliki kekhasan tersendiri. Dari mulai bentuk yang selalu menampilkan pahatan-pahatan khas suku Dayak sampai fungsi dan maknanya pun berbeda dengan patung lainnya. Kini patung-patung kayu hasil karya seni pahat suku Dayak sudah banyak digunakan untuk menghias rumah atau sebagai souvenir yang diminati banyak orang.[ms]